Mengapa Kasus Perudungan Anak Terus Terjadi? Begini Penjelasan Psikolog
Pattricia Yuanita, M.P.si | AKURAT. CO/ Winnie Fatmawati |
Baru-baru ini, Indonesia dihebohkan dengan tagar #Jucticeforaudrey, yang berkaitan dengan kasus perundungan yang menimpa seorang siswi SMP asal Pontianak.
Kita ketahui bersama bahwa kasus serupa seperti ini bukanlah kasus baru di Indonesia. Pattricia Yuanita, M.P.si, menguak beberapa penelitian di dunia psikologi bahwa kasus perundungan seperti ini sudah ada sejak tahun 90-an.
Lalu pertanyaan besarnya adalah, ada apa dengan anak-anak Indonesia yang berani melakukan perundungan atau bullying seperti ini sampai membuat angka kasus serupa berkembang sangat pesat? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, psikolog cantik, Pattricia, akan menjelaskannya untuk Anda.
"Banyak faktor yang membuat anak-anak kita menjadi pelaku bullying, atau perundungan. Salah satunya perkembangan ekonomi, teknologi. Kedua hal ini memicu orang-orang untuk bisa saling menunjukan sesuatu, menunjukan bisa survive di lingkungannya," katanya kepada AkuratParenting, dibilangan Matraman, Jakarta Selatan, Senin, (15/4).
"Kalau ditanya kenapa sih anak-anak bisa seperti ini, ada apa? Kalau dilihat dari tahap perkembangannya itu sendiri, anak remaja ini mau memasuki usia mencari ego identity. "Siapa sih saya?". Di generasi sekarang ini, lingkungan sekarang ini, ditentukan, menentukan, keeksistensian melalui media sosial dengan misalnya punya akun Youtobe, aktif di Twitter, itu cara menunjukan ekspresi mereka," lanjutnya.
Masalahnya, perkembangan yang sudah sangat pesat di bidang teknologi ini tidak diikuti dengan baik oleh anak itu sendiri. Kasus perundungan sendiri terjadi karena adanya keinginan untuk menunjukan kekuatan lebih, dan satu lagi yang menyebabkan perundungan adalah mereka ingin menunjukan bahwa saya ini seperti apa yang dipostingnya.
"Perundungan ini juga dilihat dari situasi lingkungan sosialnya, pasti ada satu yang lemah. Dan ketika ada satu yang lemah, ini yg biasanya akan disebut jadi korban. Dan ketika korban tidak punya skil apa-apa, ya sudah semakin berkembang lagi sifat-sifat agresif dari pelakunya. Harus ada edukasi juga untuk anak-anak, agar tidak menjadi korban, harus bersikap seperti apa. Bila sudah curiga dirinya menjadi target yang akan ditindas, dan sebagainya," tutupnya.
Sumber:Akurat.co
Komentar
Posting Komentar